Thursday, May 3, 2012

Si Cakep


Dia begitu semangat menegeong minta dibukakan pintu.  Menunggu dibawah jendela berharap seseorang meliriknya dan memperdulikannya.  Sejak kehadirannya disekitar rumah kami, pintu tak pernah dibuka agar dia tidak masuk ke rumah.  Bulunya yang putih bersih membuatku selalu ingin memasukkannya ke rumah.  Tapi, ibu tidak membolehkan, kata ibu bulu kucing bisa menyebabkan asama.  Tapi tidak tega membiarkannya kelaparan, memberinya makan di luar saja akhirnya.  Dia begitu lucu, gemuk dengan bulu putih bersih.  Hanya saja hidungnya hitam entah karena sudah merayap kemana.
Aku menyukainya “ kau akan menyukai sesuatu tanpa tahu alasannya, iya kan?”
Kucing itu entah dari mana datangnya.   Pernah semua orang pikir itu kucing tetangga yang minggat.  Ternyata kucing tetangga itu sudah kembali, tapi kucing itu masih ada di rumahku.  Entah sudah berapa lama kucing itu masih bertahan menunggu-dan menunggu untuk di bukakan pintu.  Sekitar 3 minggu, entah kenapa ibu akhirnya memberikannya makan dalam rumah.  Pagi-pagi ibu sudah memberikannya nasi dan ikan, itu berlanjut hingga hari ini.  Dia begiu tangguh, cakep, dan penyayang karena dia tidak pernah marah jika diganggu  hehe.
Kemarin aku menyikat hidungnya, biar tidak hitam lagi.  Trus di mandi.   Belum selesai dibilas sudah mutar-mutar lari.  Akhirnya lantai jadi basah-basah,
(1) Ini dia si Cakep baru habis mandi

(2) Si cakep lagi nyantai















(3) Ini tetangganya cakep

 Tetangganya cakep ini, bersaudara.  tapi ibunya mati seminggu yang lalu, ayahnya entah melarikan diri kemana tidak bertanggung jawan ^_^.  tapi kasian semenjak kematian ibunya mereka berdua mogok makan.  yang sabar yah cing.....

Apakah kita saudara yg baik?


“Dan adapun orang yang takut kepada Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya maka sungguh surgalah tempatnya.” (Annaziat 40-41)
Pagi ini semuanya baik-baik saja, hingga mentari kian meninggi.  Walau cahanya beigitu redup tertutup awan yang kian menebal dan menghitam.  Hingga menyisahkan sedikit cela untuk cahaya mentari.  Pagi ini sebuah berita membuatku tercengang kaget.  Bocah 9 tahun diperkosa hingga berulang kali. Ini bukan hal yang baru aku dengar,  tapi kali bukan di TV namun anak itu berdiri di hadapanku, polos, rambut ikal sebahu, dengan wajah tanpa ekspresi.  Seperti anak-anak desa lainnya dia tidak tampak mencolok.  Apa yang ada dipikiran pelaku itu, wajah plos dan sama sekali tidak menggoda. Astagfirullah, apakah orang itu fedofil? Saya rasa tidak, karena dia duda dengan 7 orang anak. 
Apa yang kini dipikirkan anak itu? Hanya mematung didampingi seorang wanita paruh bayah.  “Apakah wanita itu ibunya?bagaimana perasaannya saat ini, mengetahui anaknya yang masih tidak tau apa-apa sudah kehilangan harta berharganya.” Batinku bertanya-tanya.  Tidak, ternyata ibu itu bukan ibunya.  Dia hanya seorang kerabat yang tinggal di rumah anak itu.  Lantas, ibunya kemana? Dari teman-teman aku dengar kalau ibu anak itu sekarang ada di Malasyia sedang mencari nafkah menjadi seorang TKW.
Mataku perih, ada segumpal embun yang ingin menjadi air.  Namun hatiku lebih perih, ada kecemasan, kecemasan sebagai seorang wanita.  Semua wanita adalah calon ibu, jika kelak kita menjadi ibu, apakah kita sanggup menjaga anak-anak wanita kita yang samapai saat dia mampu mengenal yang mana yang baik dan yang buruk, mampukah kita kemudian mendidik dan menanamkan akhlak dalam dirinya hingga iya kelak menjadi seorang ibu yang baik pula.  Zaman yang kian canggih dengan berbagai bentuk tekhnologi yang mampu mengubah prilaku, dan akhlak seseorang, baik itu mereka yang punya iman apalagi yang tidak.  Kita selalu berdoa dalam sujud terakhir kita  Semoga kita, keluarga kita diberi keturunan yang baik.  Kita hanya mampu berusaha dan berdoa, semoga kita mampu istiqomah hingga akhir kelak, mati dalam keadaan khusnul khotimah, masuk surga dan meninggalkan keturunan-keturun yang sholeh dan sholehah.  “Inikah yang membuat ibu pusing ketika anak gadisnya belum Menikah?” entahlah.
Lahir dan besar di Desa ini, hingga aku berusia 14 tahun kemudian berhijrah ke kota untuk menunut ilmu hingga usiaku 22 tahun.  Sudah 6 bulan aku kembali menetap di desa ini, baru 6 bulan sudah 3 kasus asusila yang terjadi.  Belum lagi para gadis yang kemudian marrige by accident.  Anak kecil tadi yang berusia 9 thn diperkosa, anak smp hamil 2 bulan, dan seorang anak yang terpaksa dinikahkan karena kedapatan “berbuat” di  sebuah lapangan saat maghrib.
Sangat ironis, di Desa yang masih jauh dari tekhnologi.  Sinyal hp saja baru terjangkau di semua tempat sekitar setahun, Warnet baru ada 2, VCD porno tidak mungkin ada.  Bagaimana jika desa ini telah berkembang, apa yang akan terjadi dengan manusia-manusia yang ada disini. 
Ketika itu terjadi, apa yang harus ku lakukan, sedangka pemimpinnya saja seperti itu.
“Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tanganmu, jika tidak mampu ubahlah dengan lisan, jika tidak mampu ubahlah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR.Muslim)
Manimpahoi, 29 April 2012