Dia berdiri dihadapanku, tinggi dengan postur yang sederhana. “Bagaimana kalau dia….?”, otak jahilku
bekerja.
Sore ini, setelah menunaikan kewajibanku sebagai
seorang muslim di musallah sebuah pusat perbelanjaan di kota Makassar, saya
berjalan menuruni anak tangga dengan sendal yang galangnya belum terpasang
dengan benar. Dihadapnaku seorang
laki-laki dengan postur tinggi berdiri mengahdap tembok membaca sebuah poster
tentang kiamat yang tertempel di dinding itu.
Poster itu pernah kubaca sekali saat ke tempat itu sebelumnya. Entah mengapa sosok itu membuatku berpikir
tetang suatu hal.
Melangkah menuruni tangga besi yang sedikit ribut saat hak sendal yang
kugunakan menyentuhnya tidak membuatnya menoleh. Aku memang tidak berharap dia akan menoleh,
karena begini lebih baik. Membiarkan imajinasiku, bercerita sesuai yang
diinginkannya.
“Hai.” Seseorang menyapaku tiba-tiba membuatku refleks
menjawab.
“Hai, sama siapa?” pertanyaan standar dan membosankan
menurutku, tapi tidak punya pilihan lain.
“Tuh, sama temanku.” Dia menunjuk seorang teman laki-laki.
“Oh, iya” jawabku.
“Kamu sama siapa?” dia balik bertanya padaku.
“Tuh sama teman kulaihku dulu,”sambil menunjuk ke arah
tangga bawah yang ternyata tidak ada siapa-siapa.
“Oh, mereka sudah duluan.” Untuk menjelaskan
pernyataanku sebelumnya.
“Ya sudah, saya pergi dulu.” Ucapnya sambil
melambaikan tangan padaku.
Laki-laki itu menoleh padaku, mungkin karena suaraku
yang terlalu besar dan mengganggu konsentrasinya membaca. Aku melihatnya, wajah oval. Dia kemudian
berbalik kembali, aku juga pergi meninggalkan tempat itu.
Kita tidak tahu dengan siapa kita akan bertemu, apa
yang akan terjadi. Ada yang pernah
berkata, ketika kita pernah bertemu seklai berarti kita punya kesempatan untuk
bertemu kembali.
Pertanyaan akhir-akhir ini,yang paling mengganggu
perasaanku adalah pertanyaa dari ibu.
“Tidak ada yang mau datang?” Pertanyaan itu
muncul setiap akhir telepon.
“Belum ada bu.” Jawabku sambil bercanda.
Pertanyaan orang-orang, siapa pacarku, adakah orang
spesial dihatiku. Keputusanku untuk menjadi lebih
baik InsyAllah, dengan salah satunya berkomitmen tidak pacaran sejak SMA dulu
membuatku sudah terbiasa dengan pertanyaan soal pacar. Jawabnya selalu akan sama, tidak ada. InsyAllah akan ada jodoh yang terbaik dari
Allah yang akan bertemu dengan cara yang baik.
Karena kita tidak tau jodoh,rezki,dan ajal hanya Allah yang tahu, kita
hanya bisa berusaha dan berdoa semoga diberi yang terbaik.
Dan
inilah yang terjadi ketika pertanyaan-pertanyaan muncul otak bawah sadar akan
selalu menuntut kita berpikir siapa Dia? Apakah kita akan bertemu dia dimana
dan kapan?, apakah kita sudah bertemu dia sebelumnya atau tidak?, Akan selalu ada jawaban pada saatnya.
No comments:
Post a Comment