Thursday, October 28, 2010

Someone called papa


Dengan sepatu bot berlumpur, dia tersenyum padaku dan membelaiku. “mmm bau keringat, teriakku”. Dia begitu bahagia dengan keringat yang masih menetes dikepalanya. Dia tersenyum lagi, aku ikut tersenyum.
Dia masih seperti dulu penyayang, penyabar , tidak pernah mengeluh walau sedikit pelupa. Pria sederhana yang selalu menyayangiku sampai sekarang, itu menurutku karena dia tidak pernah bilang dia menyayangiku tapi, ketika dia mencium keningku aku tau dia menyayngiku. Walau kumisnya sedikit …hehehe.
Umurnya semakin bertamabah, kulitnya mulai keriput, kumisnya ada yang putih. Aku semakin besar seiring waktu, banyak kenangan yang semakin termakan waktu. Masih teringat saat duduk dipundaknya sambil berceloteh. Dia tetap tersenyum dengan beban cukup berat di pundaknya. Umurku saat itu sekitar 3 atau 4 tahun. Aku merindukan saat itu. Terlalu indah untuk dilupakan,
Dia yang selalu melindungiku, tidak rela seorangpun menyakiti, apalagi memukulku. Katanya”saya saja tidak pernah memukulnya apalagi orang lain.”
Dia yang tidak mau melihatku manyun,
Dia yang tau tingkahku saat menginginkan sesuatu.
Aku beruntung memiliki bapa sepertimu.
Ketika ada yang bertanya padaku. Pria seperti apa yang kamu suka? Aku spontan menjwab pria sabar seperti sabarnya bapaku.
Bapak’ku sayang.