Friday, March 2, 2012

Sahabiyah Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam


Akhir-akhir ini, topik wanita dan yang berkaitan dengannya, merupakan topik  yang paling banyak menyita waktu kaum muslimin.  Ini dikarenakan musuh-musuh islam kembali menemukan barangnya yang hilang untuk memerangi kaum muslimin di kampungnya sendiri dengan merusak akidah dan akhlaknya.  Dengan tidak segang-segannya mempergunakan media baik media elektronik maupun media cetak untuk menggambarkan wanita dalam wujud godaan yang paling indah.  Sekali waktu wanita ditampilkan dalam fose tanpa busana, wanita dengan tarian, dan wanita dengan nyanyian untuk membuat image yg mereka inginkan dimata masyarakat, khususnya pikiran masyarakat muslim.  Mulai dari produk kecantikan, obat sampai makan dan kendaraanpun tidak lepas dengan wanita-wanita cantik.
Goldstone, salah seorang kristen yang dengki peranah mengatakan,”Situasi timur tidak akan pernah tenang kalau hijab tidak segera direnggut dari wajah wanita muslim.”
Mempelajari kisah-kisah para wanita sahabat nabi, dan mengambil ibrah dalam setiap kisah yang ada dan semoga kita tidak terperdaya oleh kaum yg ingin mengahancurkan ummat muslim.amin….
Aisyah Binti Abu bakar
Aisyah binti abu bakar ra telah banyak dikenal, ketika jibril datang membawa kabar bahwa aisyah adalah istrinya dunia akhirat, sebagaimana diterangkan didalam hadist riwayat Tirmidzi dari aisyah RA,”Jibril datang dengan sepotong sutra hijaukepada Nabi SAW, lalu berkata. “Ini adalah istrimu di dunia dan di akhirat.”  Aisyah dilahirkan empat tahun setelah Nabi SAW diutus menjadi Rasul.  Semasa kecil di bermain-main dengan lincah, dan ketika dinikahi oleh Rasulullah SAW usianya belum genap 10 tahun.  Dalam sebaguian besar riwayat disebutkan bahwa Rasulullah membirakannya bermain-main dengan teman-temannya.
     Dua tahun setelah wafatnya khadijah RA, datang wahyu yang memerintahkan Rasulullah untuk menikahi Aisyah RA.  Mendengar kabar itu, abu bakar dan istrinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah menikahi putri mereka, Aisyah.  Setelah pertunangan Rasulullah SAW hijrah ke Madinah bersama para sahabat, beliau mengutus sahabatnya untuk menjemput mereka, termasuk Aisyah.  Dihati Rasulullah SAW , kedudukan Aiyah sangat istimewa, dan tidak dialami oleh istri-istri yang lain. Dalam sebuah hadist:
“Cinta pertama yang terjadi dalam Islam adalah Cinta Rasulullah SAW kepada Aisyah RA.”(Anas Bin Malik).
     Aisyah alah istri Rasulullah yang memiliki banyak keutamaan, diantaranya adalah beliau adalah seotang yang cerdas sehingga banyak menghafalkan hadist-hadits Nabi SAW, sehingga para ahli hadist menempatkan dia pada urutan kelima dari para penghafal Hadist.  Rasulullah meninggal dipangkuan Aisyah di rumahnya.  Setelah Rasulullah wafat Aeisyah RA senantiasa menghadapi cobaan yang sanat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar dan penuh kerelaan terhadap takdir Allah SWT.  Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimbah ilmu atau untuk  berziarah ke makan Rasulullah SAW .   Dalam menetapkan pun, Aisyah sring langsung menemui wanita-wanita yang melanggar syariat Islam.
Al-Khanza Binti Umar
Al-Khanza dikenal dengan julukan; ibu para syuhada.  Al-khanza menikah dengan Rawahal bin Abdul Aziz As-Sulaiman den melahirkan empat orang putra, dari binaan dan pendidikan tangan-tangan beliau , keempat anak lelakinya itu telah menjadi pahlawan-pahlawan islam yang terkenal.
     Al-Khansa terlahir pada zaman jahiliyah dan tumbuh besar di tengah suku bangsa Arab yang mulia, yaitu Bani Mudhar. Sehingga banyak sifat mulia yang terdapat dalam diri Al-Khansa. la adalah seorang yang fasih, mulia, murah hati, tenang, pemberani, tegas, tidak kenal pura-pura, suka terus terang. Dan selain keutamaan itu, ia pun pandai bersyair. la terkenal dengan syair-syairnya yang berisi kenangan kepada orang-orang yang dikasihinya yang telah tiada mendahuluin ke alam baka. Terutama kepada kedua saudara lelakinya, yaitu Mu’awiyah dan Sakhr yang telah meninggal dunia. Diriwayatkan bahwa ketika Adi bin Hatim dan saudarinya, Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah SAW, maka berkata, “Ya Rasuluilah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam bersyair dan orang yang paling pemurah hati, dan orang yang paling pandai berkuda.” Rasuluilah SAW bersabda, ‘Siapakah mereka itu. Sebutkaniah namanya.’ Adi menjawab, ‘Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru’ul Qais bin Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha’i, ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma’dikariba.’ Rasuluilah SAW menukas, “Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan orang yang paling murah hati adalah Muhammad Rasulullah, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thaiib.’ Jarir ra. pernah ditanya, Siapakah yang paling pandai bersyair? Jarir ra. menjawab, ‘Kalau tidak ada Al-Khansa tentu aku.’ Al-Khansa sangat sering bersyair tentang kedua saudaranya, sehingga hal itu pernah ditegur olah Umar bin Khattab ra. Umar ra. pernah bertanya kepada Khansa, ‘Mengapa matamu bengkak-bengkak?’ Khansa menjawab, ‘Karena aku terialu banyak menangis atas pejuang-pejuang Mudhar yang terdahulu.” Umar berkata, ‘Wahai Khansa, Mereka semua ahli neraka.’ Sahut Khansa, ‘Justru itulah yang membuat aku lebih kecewa dan sedih lagi. Dahulu aku menangisi Sakhr atlas kehidupannya, sekarang aku menangisinya karena ia adalah ahli neraka.’ Al-Khansa menikah dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami. Dari pernikahan itu ia mendapatkan empat orang anak lelaki. Dan melialui pembinaan dan pendidikan tangan-tangannya, keempat anak lelakinya ini telah menjadi pahlawan-pahlawan Islam yang terkenal. Dan Khansa sendiri terkenal sebagai ibu dari para syuhada. Hal itu dikarenakan dorongannya terhadap keempat anak lelakinya yang telah gugur syahid di medan Qadisiyah. Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah Al-Khansa. Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling tunjuk menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh fi sabilillah. Rupanya, pertengkaran mereka itu telah terdengar oleh ibunda mereka, Al-Khansa. Maka Al-Khansa telah mengumpulkan keempat anaknya, dan berkata, ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati bapakmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu.Jika kalian telah melihat perang, singsingkaniah lengan baju dan berangkatiah, majulah paling depan niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akherat. Negeri keabadian. Wahai anakku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah. lnilah kebenaran sejati, maka untuk itu berperanglah dan demi itu pula bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya dianugrahi hidup.’ Pemuda-pemuda itupun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang matl-matian melawan musuh, sehingga banyak musuh yang terbunuh di tangan mereka. Akhirnya nyawa mereka sendirilah yang tercabut dari tubuh-tubuh mereka. Ketika ibunda mereka, Al-Khansa, mendengar kematian anak-anaknya dan kesyahidan semuanya, sedikit pun ia tidak merasa sedih dan kaget. Bahkan ia telah berkata, ‘Alhamdulillah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggiiku dan berkenan mempertemukan aku dengan putra-putraku dalam naungan Rahmat-Nya yang kokoh di surgaNya yang luas.’ Al-Khansa telah meninggal dunia pada masa permulaan kekhalifahan Utsman bin Affan ra., yaitu pada tahun ke-24 Hijriyah. (Wanita-wanita Sahabiyah)
Dari : www.sahabatnabi.0catch.com
Asma’ Binti Abu Bakar
Nama wanita ini, adalah Asma, lengkapnya Asma binti Abu Bakar.  Namun, perjalanan hidupnya tidak sependek namanya.  Allah memberinya umur panjang dan kecerdasan berpikir, sehingga ia bisa mewarnai nuansa hidup generasi tabi’in dengan nuansa kehidupan di zaman Rasulullah.  Asma termasuk kelompok wanita yang pertama masuk Islam.  Sosok asma tidak dipisahkan dengan peristiwa hijrah Rasulullah SAW dengan ayahnya Abu Bakar.  Dialah yang mengirim makanan untuk kedua kekasih Allah itu.  Sehingga ia digelari “Dzatin nithaqain” (wanita yang memiliki dua ikat pinggang).  Gelar ini diberikan ketika Asma’ hendak mengikat karung makanan dan tempat minuman yang akan dikirim kepada Rasulullah SAW dan Abu Bakar.  Waktu itu Asma tidak memiliki tali untuk mengikatnya, maka iapun memotong ikat pingganya menjadi dua dan digunakan untuk mengikat airminum dan makanan.  Ketika Rasulullah SAW mengetahui hal itu, beliau berdoa semoga Allah menggantika ikan pinggang Asma dengan dua ikat pinggang yang lebih baik dan indah di Surga.
     Asma’ menikah dengan Zubair Bin Awwam yang hanya memiliki seekor kuda, namun iya tetap setia melayani suaminya.  Asma’ memiliki beberapa sifat istimewa , Selain cantik, hampir sama dengan saudaranya aisyah, ia juga cerdas, cekatan dan lincah. Sifat pemurahnya menjadi teladan banyak orang.
Hafshah Binti Umar Bin Khattab RA
Hafshah binti umar Bin Khattab adalah putri dari seorang laki-laki yang terbaik dan mengetahui haj-hak Allah SWT dan kaum muslimin.  Sayyidinah Hafshah Ra dibesarkan dengan mewarisi sifat Ayahnya, Umar bin Khattab.  Dalam soal keberanian dia berbeda dengan wanita lain.  Aisyah melukiskan bahwa sifat Hafshah sama dengan Ayahnya.  Kelebihan lain yang dimiliki Hafshah adalah kepandaiannya dalam membaca dan menulis, padahal ketika  dimasa itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki oleh wanita. 
     Pernikahan Rasullah SAW dengan Hafshah merupakan bukti cinta kasih beliau kasih beliau pada mukminah yang telah menjanda ditinggal mati suaminya. Umar sangat sedih karena anaknya telah menjanda diusia yang masih sangat muda, sehingga dalam hatinya merasa cemas.
Hindun Binti Utbah
Toko kita kali ini adalah adalah seorang wanita yang memiliki kedudukan mulia dimata kaumnya. Baik keyika hidayah Allah belum menyentuhnya, maupun setelah iya masuk islam.  Ia bernama Hindun, putri pimpinan Quraisy  Utbah bin Rabi’ah.  Iya juga istri seorang Quraisy kenamaan Abu sufyan bin Harb.  Pada zaman jahiliah iya memiliki kepribadian dan kebesaran dan di dalam islam memiliki berita yang mulia.
     Sebagaimana halnya umar bin khattab bersikap keras terhadap Kaum Muslimin sebelum memeluk islam, Hindunpun demikian juga.  Keberingasannya mengantarkan dia mendapat gelar “ wanita pemakan jantung.”   Setelah masuk islam dan menelelusuri jalan yang lurus, kita harus menanggapinya dengan terhormat.  Walaupun jika kita ingat-ingat saat belia menuntut balas akan kematian saudara kandungny yang bernama Syibah dan ayahnya utbah yang mati di tangan HAmzah bin Abdul Muthalib, ia memerintahkan budaknya untuk membunuh Hamzah dengan imbalan yang besar sehingga.  Sahabat nabi yang bergelar “SINGA ALLAH itu gugur sebagai syuhada.  Ia pun melampiaskan dendamnya dengan kekejian.  Ia belah dada hamzah dan ia ambil jantung hatinya, dan ia kunyah menta-menta.
     Namun Rahmat Allah meliputi segala sesuatu, hingga hindun kemudian mendapat bimbingan dari sisi-Nya,ia masuk islam.   
Khadijah Binti Khuwalid
Tatkala Rasulullah SAW mengalami rintangan dan gangguan dari kaum lelaki Quraisy , maka disampingnya berdiri dua orang wanita.  Kedua wanita itu berdiri dibelakang dakwah Islamiah, mendukung dan bekerja keras mengabdi kepada pemimpinnya, Muhammad SAW, Khadijah binti Khuwalid dan Fatimah binti Asad.  Oleh karena itu Khadijah berhak menjadi wanita terbaik di Dunia.
     Kenapa kita bersudah payah mencari teladan disanan-sini, padahal dihadapan kita ada Khadijah, seorang Ummul Mu’minin yang setia dan taat, yang bergaul secara baik secara  baik dan menemaninya saat berkhalwat sebelum dingkat menjadi Nabi, meneguhkan serta membenarkannya.
Manakala Muhammad mengharapkan Zaid bin Haritsah, maka dihadiahkanlah oleh Khadijah kepada Muhammad. Demikian juga tatkala Muhammad ingin mengembil salah seorang dari putra pamannya, Abu Tholib, maka Khadijah menyediakan suatu ruangan bagi Ali bin Abi Tholib radhiallâhu ‘anhu agar dia dapat mencontoh akhlak suaminya, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam .
Allah memberikan karunia pada rumah tangga tersebut berupa kebehagaian dan nikmat yang berlimpah, dan mengkaruniakan pada keduanya putra-putri yang bernama al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqqayah, Ummi Kalsum dan Fatimah.
Adapun Khadijah adalah seorang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang pertama kali masuk Islam.
Sehingga sejak saat itu Rasulullah yang mulia memulai lembaran hidup baru yang penuh barakah dan bersusah payah. Beliau katakan kepada sang istri yang beriman bahwa masa untuk tidur dan bersenang-senang sudah habis. Khadijah radhiallâhu ‘anha turut mendakwahkan Islam disamping suaminya -semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada beliau. Diantara buah yang pertama adalah Islamnya Zaid bin Haritsah dan juga keempat putrinya semoga Allah meridhai mereka seluruhnya.
Mulailah ujian yang keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuknya,akan tetapi Khadijah berdiri kokoh bak sebuah gunung yang tegar kokoh dan kuat. Beliau wujudkan Firman Allah Ta’ala:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’ , sedangkan mereka tidak diuji lagi?” . (Al-’Ankabut:1-2).
Dengan wafatnya Khadijah maka meningkatlah musibah yang Rasul hadapi. Karena bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Khadijah adalah teman yang tulus dalam memperjuangkan Islam.
Begitulah Nafsul Muthmainnah telah pergi menghadap Rabbnya setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, setelah beliau berhasil menjadi teladan terbaik dan paling tulus dalam berdakwah di jalan Allah dan berjihad dijalan-Nya. Dalalm hubungannya, beliau menjadi seorang istri yang bijaksana, maka beliau mampu meletakkan urusan sesuai dengan tempatnya dan mencurahkan segala kemamapuan untuk mendatangkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah beliau berhak mendapat salam dari Rabb-nya dan mendapat kabar gembira dengan rumah di surga yang terbuat dari emas, tidak ada kesusahan didalamnya dan tidak ada pula keributan didalamnya. Karena itu pula Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik wanita adalah Maryam binti Imran, sebaik-baik wanita adalah Khadijah binti Khuwailid”.
Ya Allah ridhailah Khadijah binti Khuwailid, As-Sayyidah Ath-Thahirah. Seorang istri yang setia dan tulus, mukminah mujahidah di jalan diennya dengan seluruh apa yang dimilikinya dari perbendaharaan dunia. Semoga Allah memberikan balasan yang paling baik karena jasa-jasanya terhadap Islam dan kaum muslimin.
Nusaibah Binti KA’AB
Nusaibah binti Ka’ab Al-Anshariyah.  Ia adalah sahabat wanita yang agung lagi pemberani.  Banyak jasa telah diukir dalam perjuangan da’wah islam.  Setiap saat hendaklah kita senantiasa bertanya kepada diri sendiri apa yang yelah kita perrbuat untuk agama Islam.  Nusaibah adalah salah satu contoh keberanian yang abdi pada setiap saat dan posisi.  Ia merupakan sosok kepahlawanan yang tidak pernah absen melaksanakan kewajiban bilamana ada panggilan baginya.  Semua sasaran  perjuangan ditujukan untuk kemualiaan dunia dan akhirat.  Ia adalah seoranga sahabiah yang agung.  Ia adalah salah seorang dari dua wanita yang bergabung dalam tujuh puluh orang Al-Aqbah yang ke dua.  Keberadaan Nusaibah mencerminkan keberanian hati, pemeliharaan harga diri, jujur dan ringan tangan.  Dan tidak ada sesuatu yang lebih jelas menujukkan kelebihan-kelebihannya.
     Nusaibah ikut dalam malam perjanjian aqabah, umrah qadha’, ikut dalam perang uhud, perang yamamamah hingga terpotong tanganya, dan mendengar beberapa buah hadist Rasulullah.

Ummu Sulaim binti Milhan
Ummu Sulaim atau Ummu Salamah binti Milhan, Ia seorang wanita keturunan bangsawan dari kabilah Anshar suku Khazraj memiliki sifat keibuan dan berwajah manis menawan. Selain itu ia juga berotak cerdas penuh kehati-hatian dalam bersikap, dewasa dan berakhlak mulia, sehingga dengan sifat-sifatnya yang istimewa itulah pamannya yang bernama Malik bin Nadhar melirik dan mempersuntingnya. Rumaisha Ummu Sulaim binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Malik adalah satu dari wanita saliha yang memiliki kedudukan istimewa di mata Rasulullah.
Pada saat Rasululllah menyerukan dakwah menuju tauhid, tanpa keraguan lagi Ummu Sulaim langsung memeluk agama Islam, dan tidak peduli akan gangguan dan rintangan yang kelak akan dihadapinya dari masyarakat jahili paganis.
Namun suaminya, Malik bin Nadhir sangat marah saat mengetahui istrinya telah masuk Islam. Dengan dada gemuruh karena emosi, ia berkata pada Ummu Sulaim: "Engkau kini telah terperangkap dalam kemurtadan!"
"Saya tidak murtad. Justru saya kini telah beriman," jawab Ummu Sulaim dengan mantap. Dan kesungguhan Ummu Sulaim memeluk agama Allah tidak hanya sampai di situ. Ia juga tanpa bosan berusaha melatih anaknya, Anas, yang masih kecil untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
Melihat kesungguhan istrinya serta pendiriannya yang tak mungkin tergoyahkan membuat Malik bin Nadhir bosan dan tak mampu mengendalikan amarahnya. Hingga ia kemudian bertekad untuk meninggalkan rumah dan tidak akan kembali sampai istrinya mau kembali kepada agama nenek moyang mereka. Ia pun pergi dengan wajah suram. Sayangnya, di tengah jalan ia bertemu dengan musuhnya, kemudian ia dibunuh..
Saat mendengar kabar kematian suaminya dengan ketabahan yang mengagumkan ia berkata, "Saya akan tetap menyusui Anas sampai ia tak mau menyusu lagi, dan  sekali-kali saya tak ingin menikah lagi sampai Anas menyuruhku."
Setelah Anas agak besar, Ummu Sulaim dengan malu-malu mendatangi Rasulullah dan meminta agar beliau bersedia menerima Anas sebagai pembantunya. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam pun menerima Anas dengan rasa gembira. Dan dari semua keputusannya itu, Ummu Sualim kemudian banyak dibicarakan orang dengan rasa kagum.
Dan seorang bangsawan bernama Abu Thalhah tak luput memperhatikan hal itu. Dengan rasa cinta dan kagum yang tak dapat disembunyikan tanpa banyak pertimbangan ia langsung melangkahkan kakinya ke rumah Ummu Sulaim untuk melamarnya dan menawarkan mahar yang mahal. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat,
"Tidak selayaknya saya menikah dengan seorang musyrik, ketahuilah wahai Abu Thalhah bahwa sesembahanmu selama ini hanyalah sebuah patung yang dipahat oleh keluarga fulan. Dan apabila engkau mau menyulutnya api niscaya akan membakar dan menghanguskan patung-patung itu."
Perkataan Ummu Sulaim amat telak menghantam dadanya. Abu Thalhah  tak percaya dengan apa yang ia lihat dan ia dengar. Namun itu semua merupakan realita yang harus ia terima. Abu Thalhah bukanlah orang yang cepat putus asa. Dikarenakan cintanya yang tulus dan mendalam terhadap Ummu Sulaim, di lain kesempatan ia datang lagi menjumpai ibunda Anas dan mengiming-iming mahar yang lebih wah serta kehidupan kelas atas.
Sekali lagi, Ummu Sulaim muslimah yag cerdik dan pintar ini tetap teguh dengan keimanannya. Sedikit pun ia tidak tergoda oleh kenikmatan dunia yag dijanjikan oleh Abu Thalhah. Baginya kenikmatan Islam akan lebih langgeng daripada seluruh kenikmatan dunia. Masih dengan penolakanya yang halus ia menjawab, "Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?"
"Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan," kata Abu Thalhah. "Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam," tukas Ummu Sualim tandas.
"Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?" Tanya Abu Thalhah. "tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri," tegas Ummu Sulaim.
Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam yang mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam berseru, "Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya."
Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relung-relung hati Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya akan mau dinikahi dengan keislamannya tanpa sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita mana lagi yang lebih pantas menjadi istri dan ibu asuh anak-anaknya selain Ummu Sulaim? Hinnga tanpa terasa di hadapan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam lisan Abu Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, "Saya mengikuti ajaran Anda, wahai Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya."
Ummu Sulaim tersenyum haru dan berpaling kepada anaknya Ana, "Bangunlah wahai Anas."
Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, "Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya." Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam.
Abu Thalhah sendiri adalah seorang konglomerat nomor satu dari kabilah Anshar. Dan harta yang paling dia cintai yaitu tanah perkebunan "Bairuha". Tanah perkebunan itu letaknya persis menghadap masjid. Dan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam sendiri pernah minum air segar yang ada di lokasi itu, sampai kemudian turun ayat yang berbunyi:
"Sekali-kali belum sampai pada kebaktian yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai." (Ali Imran:92)
Mendengar ayat ini, kontan Abu Thalhah menghadap Rasulullah. Setelah membacakan ayat tadi Abu Thalhah melanjutkan, "Dan sesungguhnya harta yang paling saya cintai adalah tanah perkebunan Bairuha. Saat ini tanah itu saya sedekahkan untuk Allah dengan harapan akan mendapatkan ganjaran kebaikan dari Allah kelak. Maka pergunakanlah sekehendak Anda, wahai Rasulullah."
Dan bersabdalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, "Bakh, bakh itu adalah harta yang menguntungkan dan saya telah mendengar perkataanmu tentang harta itu dan saya sekarang berpendapat sebaiknya engkau bagi-bagikan tanah itu untuk keluarga kalian."
Abu Thalhah pun menuruti perintah Rasululah dan membagi-bagikan tanah itu kepada sanak familinya dan anak keturunan pamannya. Tak berapa lama Alah memuliakan seorang anak laki-laki kepada pasangan berbahagia itu dan diberi nama Abu Umair. Suatu kali burung kesayangan Abu Umair mati sehingga Abu Umair menangis dengan sedih. Saat itu lewatlah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam di hadapannya. Melihat kesedihan Abu Umair, Rasulullah segera menghibur dan bertanya, "Wahai Abu Umair apa gerangan yang diperbuat oleh burung kecil?"
Namun takdir Allah memang tak mampu diduga. Allah subhanahu wa ta’ala kembali ingin menguji kesabaran pasangan sabar ini. Tiba-tiba saja, bocah mungil mereka Abu Umair jatuh sakit sehingga ayah dan ibunya dibuat cemas dan repot. Padahal ia adalah putra kesayangan Abu Thalhah. Jika ia pulang dari pasar, yang pertama kali ditanyakan adalah kesehatan dan keadaan putranya dan ia belum mereasa tenang bila belum melihatnya. Tepat pada waktu sholat, Abu Thalhah pergi ke masjid. Tak lama setelah kepergiannya, putranya Abu Umair menghembuskan nafas terakhir.
Ummu Sulaim memang seorang ibu mukminah yang sabar. Ia menerima peristiwa itu dengan sabar dan tenang. Ummu Sulaim lantas menidurkan putranya di atas kasur dan berujar berulang-ulang, "Innaa lillahi wa inna ilaihi rrji’un." Dengan suara berbisik ia berkata kepada sanak keluarganya, "Jangan sekali-kali kalian memberitahukan perihal putranya pada Abu Thalhah sampai aku sendiri yang memberitahunya."
Sekembalinya Abu Thalhah, alhamdulillah, air mata kesayangan Ummu Sulaim telah mongering. Ia menyambut kedatangan suaminya dan siap menjawab pertanyaannya.
"Bagaimana keadaan putraku sekarang?"
"Dia lebih tenang dari biasanya." Jawab Ummu Sulaim dengan wajar.
Abu Thalhah merasa begitu letih hingga tak ada keinginan menengok putranya. Namun hatinya turut berbunga-bunga mengira putranya dalam keadaan sehat wal afiat. Ummu Sulaim pun menjamu suaminya dengan hidangan yang istimewa dan berdandan serta berhias dengan wangi-wangian, membuat Abu Thalhah tertarik dan mengajaknya tidur bersama.
Setelah suaminya terlelap, Ummu Sulaim memuji kepada Allah karena berhasil menentramkan suaminya perihal putranya, karena ia menyadari Abu Thalhah telah mengalami keletihan seharian, sehingga ia amembiarkan suaminya tertidur pulas.
Menjelang subuh, baru Ummu Sulaim berbicara pada suaminya, seraya bertanya, "Wahai Abu Thalhah apa pendapatmu bila ada sekelompok orang meminjamkan barang kepada tetangganya lantas ia meminta kembali haknya. Pantaskan jika si peminjam enggan mengembalikannya?"
"Tidak," jawab Abu Thalhah.
"Bagaimana jika si peminjam enggan mengembalikannya setelah menggunakannya?" "Wah, mereka benar-benar tidak waras," Abu Thalhah menukas.
"Demikian pula putramu. Allah meminjamkannya pada kita dan pemiliknya telah mengambilnya kembali. Relakanlah ia," kata Ummu Sulaim dengan tenang. Pada mulanya Abu Thalhah marah dan membentak, "Kenapa baru sekarang kau beritahu, dan membiarkan aku hingga aku ternoda (berhadats karena berhubungan suami istri)?"
Dengan rasa tabah Ummu Sulaim tak henti-henti mengingatkan suaminya hingga ia kembali istirja dan memuji Allah dengan hati yang tenang.
Pagi-pagi buta sebelum cahaya matahari kelihatan penuh, Abu Thalhah menjumpai Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian itu. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, "Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan barakah pada malam pengantin kalian berdua."
Benar saja Ummu Sulaim lantas mengandung lagi dan melahirkan seorang anak yang diberi nama Abdullah bin Thalhah oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. Dan subhanallah barakahnya ternyata tak hanya sampai di situ. Abdullah kelak di kemudian hari memiliki tujuh orang putra yang semuanya hafizhul Qur’an. Keutamaan Ummu Sulaim tidak hanya itu, Allah subhanahu wa ta’ala juga pernah menurunkan ayat untuk pasangan suami istri itu dikarenakan suatu peristiwa. Sampau Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam menggembirakannya dengan janji surga dalam sabdanya
"Aku memasuki surga dan aku mendengar jalannya seseorang. Lantas aku bertanya "Siapakah ini?" Penghuni surga spontan menjawab "Ini adalah Rumaisha binti Milhan, ibu Anas bin Malik."
Sumayyah
Abu Hudzaifah melihat kepribadian Yasir yang baim, dia akhirnya menikahkannya dengan Sumayyah binti Khayyat , seorang hamba sahanyanya.  Perjalanan keluarga yasir dan Sumayyah berjalan Harmonis, setelah melahirkan anak Sumayyah dimerdekakan. 
Kala islam mulai memancarkan cahnya di mekkah, dan Nabi Muhammad SAW baru saja mendapatkan perintah untuk menyebarkan Islam secara diam-diam, keluarga Sumayyah termasuk orang yang pertama masuk Islam.  Menurut para ahli sejarah, Sumayyah termasuk orang ketujih yang masuk Islam kala itu, selain Khadijah.
Keluarga Suamayyah adalah dari golongan orang-orang yang rendah martabatnya dan miskin, atau dari golongan budak belia, maka mereka didera dan disiksa sekehendah hati oleh orang-orang Quraisy.  Berbeda dengan kedudukan kaum muslimin dalam Islam.  Dimata Allah semua orang sama.  Dengan keteguhan prinsip itulah Sumayyah berani menentang”Fir’aun” masa itu, yaitu Abu Jahal.  Akibatnya bukan hanya dirinya, namun suami dan putranya menjadi sasaran kekejaman Abu Jahal.  Kedua pasangan, dan putranya itu diikat kaki dan tangannya lalu dilemparkan keatas kerikil tajam yang panas.  Di atas kerikil itulah mereka dicambuki agar mereka kembali murtad. 
Sumayyah menantang abu jahal setiap kali dia dicambuk, yang membuat abu Jahal amarahnya semakin panas.  Puncak kemarahannya terjadi kala ia mengangkat tombak dan menghujamkannya dada Sumayyah! Mengakibatkan Sumayyah gugur menemui Rabbnya.  Dia menjadi Syahidah pertama.  Pengorbanan ini juga merupakan wujud tanda bakti dan keteguhan iman seseorang.  Besar kecil keimanan seseorang tergantung dari seberapa besar  kemauan dan kesediannya untuk berkurban.  Allah berfirman
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, “Kami telah beriman”Padahal mereka belum diuji?”(Al-Ankabut:2)
Ya, begitulah Al-Qur’an memberikan petunjuk.  Pengorbanan merupakan esensi dari keimanan.  Kekejaman dan Kekerasan yang dihadapi dengan kesabaran, keteguhan dan pantang mundur, akan membentuk keutamaan iman yang cemerlang dan mengagumkan.
Kesabaran keluarga Yasir yang tiada tara tersebut menundang doa Rasulullah SAW dalam sabdanya “Bersabarlah keluarga Yasir.  Sesungguhnya balasan kalian adalah surga.”
Masa Keislama Sumayyah memang tidak lama.  Tapi namanya semerbak sepanjang masa,  Dialah yang melahirkan sahabat yang begitu dicintai Rasulullah SAW.
*101 Sahabat Nabi

1 comment:

anonymous said...

Fontnya kurang cerah warnanya, sehingga agak sulit bacanya