Thursday, November 21, 2013

Terbang ke Ternate



Salah satu hal yang menyenangkan adalah melakukan perjalanan ke tempat baru dan menemukan teman-teman baru.  Sungguh luar biasa ciptaan Allah, langin, laut, bumi yang begitu kecil namun belum sanggup untuk kita kunjungi seluruhnya.  Dan saat ini anggaplah saya sedang berada di Ternate ibu kota Maluku Utara dan sebentar lagi posisinya sebagai ibu kota akan digantikan dengan kota Sofifi #seperti nama orang menurutku.
Satu hal yang paling menarik dari sebuah perjalanan adalah bagian perjalanan menuju tempat itu dengan menggunakan sebuah alat transportasi yang disebut pesawat.  Mungkin orang akan tertawa saat saya mengatakan saya sangat suka pesawat, terbang dalam sebuah ruangan dengan jendela kiri dan kanan, terbang di atas awan, melihat rumah-rumah yang tadinya besar semakin mengecil dan akhirnya menghilang, matahari yang terbit dengan langit kemerah-merahan, melihat tetesan hujan yang lebih besar .   Aku bukan orang kaya yang bisa minta uang hanya untuk merasakan yang namanya naik pesawat, bukan orang tuaku tidak mampu.  Tapi rasanya bukan hal yang harus aku lakukan naik pesawat tanpa tujuan . Tahun 2011 Februari berangkat ke Jogja, walaupun demam dua hari tetap berangkat, tapi itu adalah penerbangan pertamaku dan dengan sebuah tujuan :D. ah jadi teringat Jogja dan saya akan kesana lagi InsyAllah.
Lanjut Ternate, keberangkatan dengan pesawat ke pulau baru berbentuk huruf K ini, adalah perjalanan gratis, free…..free…., dalam rangka menjalankan tugas kenegaraan*sok, sebagai validator tim riskesdas UNHAS di Maluku utara. Berangkat tanggal 5 yang sebelumnya dijadwalkan tanggal 4, karena kehabisan tiket. Berangkat bersama seorang teman yang bernama Mahatir Muahammad Syah panggil saja Maha .  Berangkat ke ternate berdua, dengan seorang yang sama sekali belum kukenal sebelumnya dan laki-laki pula. Hmmm be positif ok.  Sebenarnya kami bertiga tapi ketua tim yang bernama Diah Surasno yang bisa dipanggil k Diah sudah berada di Ternate, kenapa? Karena k  diah memang orang ternate.  Katanya dia dulu tinggal di Ambon namun saat kerusuhan mereka sekeluarga harus pindah ke Ternate dan saat itu Ayahnya memang tinggal di Ternate, jadilah beliau orang Ternate.a
Kalau k diah Alhamdulillah saya kenal dengan beliau saat penelitian Taburia saat penelitian Skripsiku tahun 2011.  
Jadi berangkatlah saya ke bandara, pukul 3.30 dini hari diantar oleh 2 orang teman kosku k Ira dan k Nunu yang baik hati yang katanya khawatir kalau saya diculik sama sopir taksi.   
Sampai dibandara sekitar jam 4, biasa jalanan lengang jadi taksinya melaju tanpa hambatan Alhamdulillah.  Tapi, saya salah melihat jam keberangkatan, saya dan teman saya bergantian salat subuh dan saat kembali ke ruang tunggu ternyata sudah panggilan terakhir untuk keberangkatan pesawat kami. Jadilah kami nyaris ketinggalan pesawat, tapi baru nyaris karena kami Alhamdulillah sampai di ternate saat matahari sudah benar-benar menampakkan dirinya, Cerah.

Nah ini Maha saat kami tiba di bandara Sultan Babullah Ternate dengan  barang bawaan kami.


Entah apa yang terjadi hanya dua jepretan saat kami tiba di bandara, kamera bagusnya si ade Maha tidak mau menyala lagi, duh sedihnya.  Karena hal yang menarik saat ke tempat baru adalah membuat catatan  kenangan dalam gambar , yaitu FOTO.  Jadi, kami berfoto dengan kamera hp yang 3.2 MP.  Keliling cari tempat memperbaikinya namun tidak dapat.  Beberapa menit kemudian k diah datang menjemput kami, perjalanan dari makassar betul-betul membuat perut keroncongan.  Rencananya mau makan makanan Kabong (Kabong dalam bahasa Ternate artinya kebun, kata k diah di rumah makan itu kita bebas memilih makan dengan harga paket), tapi belum buka jadi kami makan nasi kuning yang katanya enak.  Tapi bukan katanya, karena nasi kuningnya benar-benar lezat, rasa tambah.
Pondokan, bandara,pesawat,rumah makan dan makanan pertama yang kami nikmati dan tidak mengecewakan. Selanjutnya perjalanan menuju Halmahera dengan speed Boat *pengalaman baru neyeberang pulau dan naik alat transportasi yang juga baru pertama kalinya.  Lautan luas, di pangkalan speed Boat samping sebuah masjid besar yang satu menaranya roboh padahal masih terlihat baru dibangun, mungkin karena pondasinya kurang kuat dan setiap hari terkikis oleh air laut.  Satu speed boat 250,000 sekali jalan, Let’s go.  Menuju ke sebuah pulau yang tak terlihat diseberang sana, tapi rasanya semangat ingin segera sampai.  Air laut tidak begitu bergelombang, serasa tau kalau ada seseorang yang baru pertamakali datang ke tempat itu .  45 menit tidak begitu terasa lama, angin  yang bertiup sepoi-sepoi memberi dukungan pada rasa ngantukku sejak tadi.  Jadi perjalanan tak terasa, saat terbangun, pulaunya sudah terlihat.  Alhamdulillah sampai dengan selamat,  yah…barang berharga untuk saat ini adalah satu dos kuisioner yang menjadi tugas dalam perjalanan kami kali ini.  Walaupun koper kami yang berisi beberapa lembar baju untuk persiapan 8 hari kedepan juga penting, dan sedikit cemilan untuk jaga-jaga jika kami tidak menemukan toko. 
Matahari berada pas diatas kepala kami saat kami tiba di sebuah pulau sedikit sepi, naik bentor , terminal dan lanjut lagi perjalanan menuju ke BS pertama kami, Kecamatan Malifut desa Igobula.  Dengan menggunakan mobil sewa, perjalanan kali ini tentunya perjalanan darat sekitar 6 jam.  Wah serasa berada di dalam game balap mobil, bukan karena kecepatan kendaraan tapi jalannya yang berkelok dengan sisi kanan kiri pegunungan yang tampak rapi dan cantik, sekali-kali terlihat laut disebelah kanan.  Jalan yang sangat luas dan yang rasanya jalanan ini dibuat khusus buat kami, kami berpapasan dengan kendaraan lain sekitar 15 menit sekali atau bisa lebih dari itu.  Perjalanan yang menyenangkan, dan tetep walaupun pemandangan begitu indah, mataku tetap tidak bisa kompromi untuk tidak tertidur.
Sampai di desa Igobula, lapor pak desa yang baik hati yang hari ketiga saat hari kepindahan kami di BS selanjutnya kami disuguhi kue enak.   Saya dengan senang hati memakannya dan dengan wajah sumringan,
“mmm kuenya enak.”
Namun teman-teman yang lain hanya menatap tanpa ekspresi.  Namun kawan-kawan apa yang terjadi saat temanku yang 2 orang yang tidak memperdulikanku mencoba kue itu. Haha wajah mereka tidak kalah sumringanya seperti menemukan harta karun.  Liat kan, tadi saya dicueki.  Padahal mereka belum tau rasanya.
Mencari tempat penginapan, dan beristirahat sampai besok pagi untuk mempersipkan kekuatan besok pagi, seperti  mau bertarung saja.  Igobula, kami ditemani oleh temannya k diah yang jadi petunjuk jalan, namanya pa yadi.  Di Igobula ada kapal karam yang katanya peninggalan belanda saat masa penjajahan.  Di desa itu juga banyak orang muslim yang meninggal saat terjadi kerusuhan di Maluku.  Jadi, rumah-rumah di Kecamatan Malifut, adalah rumah-rumah yang baru dibangun paska kerusuhan. 
 

 



Kapal karamnya sebenarnya ada dibelakang saya tapi tidak terlihat ternyata..  



 Hari pertama mendata di Desa Igobula, Nah dibelakang itu mobil yang kami akan gunakan.  Disana entah kenapa semua kendaraan musiknya sangat besar.  








 
Ternate adalah kota yang indah, ada Kedaton, Danau tolire yang katanya saat kita melempar ke danau itu benda yang dilemparkan tidak sampai karena tidak terlihat riak air (batu dijual 5000 6 biji, diapakai untuk melempar), Batu angus (batu yang terbawa saat gunung Gamalama meletus), Gunung yang ada di uang seribu (kami sempat makan di kafe Florida dimana kita dapat melihat gunung yang jadi gambar di uang seribu), makan ikan di tepi danau plus pisang bulu bebek yang kalau di goreng garing trus dimakan sambal colo-colo wih sedapnyo. Ada pantai seperti Losari Makassar, yang banyak penjual makannya (makan lagi), ada sayur bunga pepaya, dan masih banyak lagi.  di Ternate bahasa sopannya iya itu adalah (saya).  jadi ketika kami wawancara dengan warga terus pilihan jawabanya iya atau tidak, kalau mereka jawab iya pakainya saya.  Walaupun sudah tau karena saat sampai di ternate belajar kata-kata yang mungkin dipakai warga, tapi tetap saja kadang kaget "yah! saya! oh iya bu, Iya." Bingung....  dan lucu.


 

No comments: